Sesuai dengan beragamnya definisi mengenai kepemimpinan, teori-teori
kepemimpinan pun ada beberapa macam. Teori kepemimpinan secara umum
dapat digolongkan ke dalam empat kategori besar, yaitu menggunakan
pendekatan (1) Pengaruh kekuasaan, (2) Bakat, (3) Prilaku, dan (4)
Situasi. Tapi ini baru sebagian teori, yaitu dari pandangan masyarakat
barat, belum dari masyakat timur. Tapi tidak ada salahnya Kita akan coba
ulas satu demi satu.
1) Teori dengan Pengaruh Kepemimpinan
Teori
yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau
organisasi. Dengan perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki
akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi
tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu.
Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan,
(2) kepribadian, dan (3) politik.
1.1) Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
a) Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
termasuk
dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau
perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk
dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b) Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Majikan
yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau
kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan
sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
c) Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
ganjaran
biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa
juga kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang
sumbernya hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan
yang didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak
kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan
mendapat perlakuan kasar.
d) Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
informasi
adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa
pun yang menguasai informasi dapat menjadipemimpin. Misal adalah orang
yang paling tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan
rombingan.
e) Kendali Ekologi (lingkungan)
sumber kekuasaan ini
dinamakan juga perekayasa situasi (situational sengineering). Contoh
adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975). Seorang atasan,
manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan atas
bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
1.2) Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda
dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
a) Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam
agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih
membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang
yang paling ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
b) Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat
dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan
sumber kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c) Karisma (House, 1977)
Ciri
kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin
juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
Mengenai hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
1.3) Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
a) Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer & Salanick, 1974)
dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
b) Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
kepemimpinan
atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau
kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c) Partisipasi (Pfeffer, 1981)
pemimpin
mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam
bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d) Institusionalisasi
Pemimpin
agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga
baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau
perusahaan baru. Dan sebagainya.
2) Teori Bakat
Teori
bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori
transformasi. Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi
karena sifat-sifat atau bakat yang khas yang terdapat dalam diri
pemimpin yang dapat diwujudkan dalam prilaku kepemimpinan. Sifat atau
bakat itu dinamakan karisma atau wibawa. Sebagai contoh adalah Bung
Karno, Adolf Hitler, Fidel Castro, Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan
Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki sifat yang tidak dimiliki
pemimpin-pemimpin lain.
Di pihak lain, pemimpin-pemimpin karismatik
tidak dapat disamakan dengan tokoh-tokoh yang kewibawaan, kekuasaan atau
kepemimpinannya bersumber atau ditopang oleh legenda-legenda, mitos,
dan dongeng-dongeng. Misal keturunan raja, bangsawan, orang sakti,
keturunan yang dianggap titisan dewa dan sebagainya.
Karisma yang
ditunjang oleh oleh mitos dan legenda ini bukanlah dating dari bakat
atau sifat pribadi yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digolongkan
dalam teori bakat yang sedang kita bicarakan ini.
Teori bakat menurut
Hourse (1977) bahwa karisma yang berupa bakat atau sifat adalah hal
yang dapat dijelaskan secara objektif ilmiyah, sehingga dapat diteliti,
diukur, dan diuktikan keberadaanya.
Teori bakat menurut Baas (1985)
ada factor-faktor tambahan lain yang menyebabkan lahirnya kepemimpinan
karismatik selain faktor bawaan sejak lahir yang dikemukakan oleh
Hourse, yaitu factor anteseden (hal yang mendahului terjadinya seorang
pemimpin), faktor atribusi (keyakinan sendiri) dan faktor konsekuensi
dari kepemimpinan.
Teori bakat menurut Conger dan Kanungo (1987)
bahwa kepemimpinan karismatik terutama bersifat atributif, yaitu karena
adanya ciri-ciri tertentu dari pemimpin yang dipersepsikan oleh para
pengikut bersarkan pengamatan pengikut terhadap prilaku pemimpin.
Teori
Tranformasional menurut Robert (1984) bahwa pemimpin karismatik dapat
juga terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisasi. Berbeda
dari pendapat sebelumnya yang seakan-akan menyatakan bahwa kepemimpinan
karismatik tidak dapat berjan pada kelompok-kelompok yang sangat
terorgaisasi.
Karisma: Negatif atau Positif?
Ykul (1989)
mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin karismatik
yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa kepada
kelompoknya, bahkan terhadap umat manusia secara keseluruhan, seperti
Mahatma Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain sejarah juga
mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang memberikan dampak negative
dan kehancuran, seperti Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul adalah
“Apakah pemimpin karismatik berdampak positif atau negatif bagi
pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu dijawab karena banyak
pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah satu jenis
tersebut. Bahkan ada yang berpengaruh negatif di satu pihak namun
positif di pihak yang lain.
Musser (1987) mengusukan kriteria yang
berbeda antara pemimpin karismatik yang positif dan negatif. Ciri
pemimpin karismatik yang negatif adalah yang lebih mementingkan tujuan
dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.
3) Teori Perilaku
Teori
prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya
dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku
ini lebih sesuai untuk kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau
perusahaan, karena peran pemimpin digariskan dengan jelas. Teori
perilaku menurut beberapa ahli, antara lain;
Mintzberg (1973)
mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut; Peran
dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung dan
panutan (figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan informasi
adalah sebagai pemantau, penyebaran informasi dan juru bicara. Peran
yang berkaitan dengan pembuatan keputusan adalah sebagai wiraswasta,
penyelesaian gangguan, pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana
seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan ditentukan
bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan salah
satu peran, dan biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page
(Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatka teori kepemimpinannya
pada peran yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya
ada Sembilan kewajiban dan tanggung jawab manager dalam organisasi.
Yaitu penyelia (supervising), perencan dan pengorganisasi, pembuat
keputusan, pemantau indicator, pengendalian, perwakilan,
pengkooordinasi, konsultasi, dan administrasi.
Sebagai manager sudah
barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan peran tersebut.
Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri, sehingga ada yang
kuat di peran tertentu dan lemah di peran yang lain.
4) Teori Situasional
Teori
situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi
dilingkungan pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu
(1) perilaku pemimpin yang merupakan hasil atau akibat dari situasi dan
(2) perilaku pemimpin merupakan penentu atau penyebab situasi. Dengan
perkataan lain, pada hubungan pertama, pemimpin merupakan variabel
ikutan (dependent variable), sedangkan yang kedua masuk dalam variabel
bebas (independent variable).
4.1) Perilaku Pemimpin sebagai Akibat Situasi
Teori-teori yang membicarakan hal ini adalah;
a) Teori Peran (role theory) dari Merton (1957)
perilaku
pemimpin disesuaikan pada perannya dalam kelompok, misalnya peran
seorang komandan berbeda denga peran seorang ayah, sehingga perilaku
seorang pemimpin berbeda ketika dia sedang berperan sebagai komandan dan
ketika dia sedang menjadi ayah.
b) Teori Harapan (expectancy theory) dari Nebecker & Mitchell (1974)
perilaku
pemimpin ditentukan oleh harapan kelompoknya, misalkan seorang ayah
diharapkan untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan ayah yang
lain diharapkan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
c) Teori Adptif-Reaktif (adaptive-reactive theory) dari Osborne & Hunt (1975)
perilaku
pemimpin tidak ditentukan oleh satu faktor tertentu, tetapi oleh
interaksi antara bebrapa faktor dalam suatu situasi (multiple influence
model). Dengan kata lain, pemimpin setiap kali menyesuaikan perilakunya
pada perubahan situasi. Misalnya, perilaku komandan berbeda pada saat
perang dan pada saat damai.
d) Teori Pilihan Kendala (Constraints choices model) dari Stewan (1967, 1976, 1982)
perilaku
pemimpin disesuaikan dengan kendala-kendala yang ada. Ia akan memilih
perilaku yang kendalanya terkecil. Misalnya seorang komandan tetara
dalam situasi pertempuran, jika mengambil suatu tindakan kemungkinan
korban sedikit dan kemenangan akan dicapai maka komandan akan
melaksanakan hal itu, namun baila sebaliknya, lebih baik menunggu sampai
situasi menguntungkan.
4.2) Perilaku Pemimpin sebagai Penyebab Situasi
Dalam
teori ini pemimpin dipandang sebagai pihak yang bereaksi terhadap
situasi semat-mata, tetapi dipandang sebagai pihak yang lebih aktif,
yang mengambil inisiatif, dan yang member dampak pada situasi. Teori ini
dinamakan juga teori model kontingensi (contingency models). Beberapa
ahli mengemukakan;
Hourse & Mitchell (1974) mengemukakan empat
tipe perilaku pemimpin, yaitu; suportif (mendukung), detektif (memeberi
petunjuk), partisipatif (ikut terlibat), dan orientasi prestasi (tujuan
pencapaian terbaik).
Hersey & Blanchard (1969, 1977, 1982)
mengemukakan dua tipe perilaku pemimpin, yaitu; lebih mementingkan tugas
(task behavior) dan lebih mementingkan hubungan (relationship behavior)
Kerr
& Jernier (1978) menyatakan, ada dua macam variabel situasi, yaitu
(1) yang mendukung efektivitas kepemimpinan (substitutes) dan (2)
menghambat efektivitas
Kepemimpinan. Mengahadapi dua situasi itu
memiliki sikap kepemimpinan yang berbeda. Dalam ha ini ada dua jenis
pemimpin, yaitu; instrumental (mengawali, merangsang) dan suportif
(melanjutkan, mempertahankan).
Vroom & Yettom (1973) mendasarkan
pada bagaimana perilaku pembuatan keputusan pemimpin mempengaruhi
kualitas pembuatan keputusan bawahan dan penerimaan bawahan terhadap
keputusan. Ada tiga prosedur pembuatan keputusan, yaitu; otokratik
(membuat sendiri), konsultasi (konsultasi terlebih dahulu), dan
keputusan bersama.
Fiedler (1964, 1967) dan Sarwono (1995)
Efektivisas
kepemimpinan tergantung pada persepsi pemimpin terhadap anggota
kelompoknya. Persepsi pemimpin terhadap anggotanya diukur berdasarkan
pada pandangannya terhadap anggota yang paling lemah, paling rendah
prestasinya atau paling tidak disukai (LPC/ last preferred co-worked)
Sumber : Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, 2005, Jakarta, Balai Pustaka.
sumber : http://www.jurnaltaqin.com/2010/12/teori-teori-kepemimpinan.html
Rabu, 25 April 2012
022. (*01) Fungsi Kepemimpinan dalam Manajemen
Aspek Kepemimpinan dalam Manajemen
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarhkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Sedangkan Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat diartikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada 3 implikasi penting dari pengertian tersebut yaitu pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain-bawahan atau pengikut. Disini terdapat unsure kesediaan bawahan untuk menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang. Disini pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan bawahan, akan tetapi bawahan tidak dapat mengarahkan kegiatan pemimpin. Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada bawahan, pemimpin juga dapat mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, akan tetapi juga dapat mempengaruhi bawahan melaksanakan perintahnya.
Dari beberapa hal tersebut diatas, diketahui bahwa bagaimana pemimpin berperilaku akan sangat berpengaruh terhadap roda organisasi yang mana tingkah laku tersebut akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuannya, nilai-nilai dan pengalaman mereka. Mengenai bidang kebebasan penggunaan wewenang pemimpin terhadap bawahaanya akan dijelaskan dalam bagan berikut;
Gambar : Perilaku Pemimpin
Keterangan
1. Pimpinan membuat keputusan
2. Pimpinan menjual keputusan
3. Pimpinan menyajikan gagasan
4. Pimpinan menawarkan keputusan
5. Pimpinan menerima saran, membuat keputusan
6. Pimpinan minta kelompok untuk membuat keputusan
7. Pimpinan memperbolehkan bawahan berfungsi dalam batas tertentu.
Dari beberapa uraian tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pemimpin mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan organisasi. Untuk itulah, setiap organisasi harus bisa menemukan pemimpin-pemimpin yang sesuai sehingga visi dan misi organisasi bisa terwujud sesuai dengan harapan.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para spikolog dan para peneliti lainnya telah menemukan beberapa karakteristik pemimpin adalah sebagai berikut; Edwin Ghiselli dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat adalah sebagai berikut;
a. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (Supervisory ability) atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain.
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggungjawab dan keinginan sukses.
c. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
d. Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
e. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah.
f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengemabngkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi baru.
Sedangkan H. Jodeph Reitz (1981) mengungkapkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin meliputi:
a. Kepribadian (personality) pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin. Misalnya jika dia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan maka cenderung akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan.
b. Pengharapan dan perilaku atasan. Misalnya atasan yang memakai gaya berorientasi pada tugas cenderung manajer juga akan menggunakan gaya itu.
c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi gaya kepemimpinan manajer. Contohnya jika seorang karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif dari pemimpin.
d. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin contohnya bawahan yang bekerja pada pengolahan data (Litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugasnya.
e. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. Contohnya, kebijakan dalam pemberian penghargaan terhadap prestasi bawahan akan mempengaruhi motifasi kerja bawahan.
f. Harapan dan perilaku rekan. Misalnya manajer membentuk persahaban dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap rekan mereka tersebut akan mempengaruhi perilaku rekan-rekan yang lain.
sumber : http://www.asrori.com/2011/10/fungsi-kepemimpinan-dalam-manajemen.html
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarhkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Sedangkan Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat diartikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada 3 implikasi penting dari pengertian tersebut yaitu pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain-bawahan atau pengikut. Disini terdapat unsure kesediaan bawahan untuk menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang. Disini pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan bawahan, akan tetapi bawahan tidak dapat mengarahkan kegiatan pemimpin. Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada bawahan, pemimpin juga dapat mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, akan tetapi juga dapat mempengaruhi bawahan melaksanakan perintahnya.
Dari beberapa hal tersebut diatas, diketahui bahwa bagaimana pemimpin berperilaku akan sangat berpengaruh terhadap roda organisasi yang mana tingkah laku tersebut akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuannya, nilai-nilai dan pengalaman mereka. Mengenai bidang kebebasan penggunaan wewenang pemimpin terhadap bawahaanya akan dijelaskan dalam bagan berikut;
Gambar : Perilaku Pemimpin
Keterangan
1. Pimpinan membuat keputusan
2. Pimpinan menjual keputusan
3. Pimpinan menyajikan gagasan
4. Pimpinan menawarkan keputusan
5. Pimpinan menerima saran, membuat keputusan
6. Pimpinan minta kelompok untuk membuat keputusan
7. Pimpinan memperbolehkan bawahan berfungsi dalam batas tertentu.
Dari beberapa uraian tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pemimpin mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan organisasi. Untuk itulah, setiap organisasi harus bisa menemukan pemimpin-pemimpin yang sesuai sehingga visi dan misi organisasi bisa terwujud sesuai dengan harapan.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para spikolog dan para peneliti lainnya telah menemukan beberapa karakteristik pemimpin adalah sebagai berikut; Edwin Ghiselli dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat adalah sebagai berikut;
a. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (Supervisory ability) atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain.
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggungjawab dan keinginan sukses.
c. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
d. Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
e. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah.
f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengemabngkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi baru.
Sedangkan H. Jodeph Reitz (1981) mengungkapkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin meliputi:
a. Kepribadian (personality) pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin. Misalnya jika dia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan maka cenderung akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan.
b. Pengharapan dan perilaku atasan. Misalnya atasan yang memakai gaya berorientasi pada tugas cenderung manajer juga akan menggunakan gaya itu.
c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi gaya kepemimpinan manajer. Contohnya jika seorang karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif dari pemimpin.
d. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin contohnya bawahan yang bekerja pada pengolahan data (Litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugasnya.
e. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. Contohnya, kebijakan dalam pemberian penghargaan terhadap prestasi bawahan akan mempengaruhi motifasi kerja bawahan.
f. Harapan dan perilaku rekan. Misalnya manajer membentuk persahaban dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap rekan mereka tersebut akan mempengaruhi perilaku rekan-rekan yang lain.
sumber : http://www.asrori.com/2011/10/fungsi-kepemimpinan-dalam-manajemen.html
022. Tipe- Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
sumber : http://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/tipe-tipe-kepemimpinan/
021. Definisi Kepemimpinan Dan Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Definisi Kepimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
Sumber: http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/#ixzz1ijX4CPTU
Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Sumber: http://organisasi.org/jenis_dan_macam_gaya_kepemimpinan_pemimpin_klasik_otoriter_demokratis_dan_bebas_manajemen_sumber_daya_manusia
EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM KEPRIBADIAN
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIS
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Sumber: http://wapannuri.com/a.kepemimpinan/kepemimpinan_efektif.html
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Refrensi:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/#ixzz1ijX4CPTU
http://organisasi.org/jenis_dan_macam_gaya_kepemimpinan_pemimpin_klasik_otoriter_demokratis_dan_bebas_manajemen_sumber_daya_manusia
http://wapannuri.com/a.kepemimpinan/kepemimpinan_efektif.html
sumber : http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-kepemimpinan/
Sabtu, 21 April 2012
014(*05) ILMU KOMUNIKASI
Ilmu Komunikasi
Mengapa kita perlu mempelajari komunikasi :
Ø Manusia bersifat etnosentrik
Ø Komunikasi membantu memenuhi keperluan
Ø Membuat lebih bahagia,sehat dan lebih sukses dalam pekerjaan
Ø Komunikasi itu rumit,dinamis dan terikat oleh budaya,jadi perlu untuk mempelajarinya
Ø Kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Komunikasi : proses penyampaian pesan antar manusia yang bersifat feedback/mengandung makna
Hakikat komunikasi :
Ø Usaha :
menggambarkan unsur kesengajaan adanya motif komunikasi yang
menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesan kepada manusia
lain
Ø Penyampaian pesan : mempelajari penyampaian pesan hanya mengenai pesan bukan perilakunya
Proses Komunikasi :
Proses
hubungan timbal balik antar individu yang saling mempengaruhi dan pada
akhirnya menumbuhkan rangsangan untuk saling memahami. Contoh proses komunikasi : saat
menawar sesuatu barang di pasar,dosen memberi penjelasan kepada
mahasiswanya dan saat presiden membahas soal nasib bangsanya
2 Kategori definisi komunikasi :
Ø Observasi / derajat abstrak :
§ Komunikasi : proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain dalam kehidupan
§ Komunikasi : alat untuk mengirimkan pesan militer (telegraf)
Fungsi dan tujuan komunikasi :
Ø Komunikasi sosial :
§ Membangun konsep diri
§ Aktualisasi diri
§ Kelangsungan hidup
§ Memperoleh kebahagiaan
Ø Komunikasi ekspresif :
§ Penyampaian perasaan dan emosi
§ Mempengaruhi orang lain
Ø Komunikasi ritual :
§ Pemenuhan jati diri manusia sebagai anggota komunitas dan sebagai salah satu unsur alam semesta
Ø Komunikasi instrumental :
§ To inform
§ To education
§ To entertaint
§ To influence
§ To influence
Konsep-konsep Komunikasi
3 konseptualisasi Komunikasi :
Ø Komunikasi sebagai tindakan 1 arah :
§ Penyampaian pesan satu arah kepada seseorang lainnya tapi tanpa menimbulkan efek
§ Contoh : berpidato atau membaca Al-Quran
Ø Komunikasi sebagai interaksi :
§ Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan suatu tujuan yang disertai menimbulkan feedback
§ Contoh : dosen memberi penjelasan kepada mahasiswanya
Ø Komunikasi sebagai transaksi :
§ Sebuah
pesan yang disampaikan bersifat dinamis dan dapat terjadi tanpa
disengaja atau sengaja oleh pelakunya dengan alasan tertentu
§ Contoh : ekspresi wajah/nada suara itu dapat mengkomunikasikan sesuatu yang memberikan makna disengaja atau tidak
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
3 kategori Komunikasi :
- Simbol
- Ikon
- Indeks
a.Komunikasi sebagai Simbolik
- Contoh : cokelat sebagai simbol hari Valentine,bendera kuning sebagai simbol kematian,kado sebagai simbol hari ULTAH
b. Setiap Perilaku mempunyai potensi Komunikasi
- Contoh : melakukan aktivitas seperti belajar,bekerja bahkan menguap pasti melakukan komunikasi.
c. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
- Contoh : ketika kita berkomunikasi dengan orang yang gampang tersinggung,sebaiknya kita mengeluarkan ucapan tidak sembarangan dan harus dipikirkan kalimat yang baik supaya tidak terjadi salah persepsi.
d. Komunikasi punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
- Dimensi isi :
- contoh : dosen memukul meja di kelas,ini menyatakan dosen tsb sedang marah karena tidak ada mahasiswa yang mendengarkan penjelasannya
- Dimensi hubungan :
- Contoh : seorang sekretaris menjaga ucapan dan tingkah laku saat berkomunikasi dengan manajernya supaya tidak salah makna dalam berkomunikasi
e. Komunikasi terjadi dalam konteks Ruang dan Waktu
- Ruang/tempat :
- Contoh : bercanda atau menggosip tidak pantas jika dilakukan di dalam Mesjid,karena melanggar etika (tidak pada situasi/tempat) dan tidak sopan
- Waktu : perempuan pulang tengah malam tidak baik karena orang lain bisa menanggapi salah bisa dibilang ‘Cewek Nakal’
f. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
· Contoh : mempresentasikan hasil diskusi kelompok,menggosip dengan teman
g. komunikasi bersifat sistematik
· Sistem internal :
o Contoh : etika berbicara dengan keluarga,teman dan rekan kerja sangat berbeda,harus disesuaikan dengan siapa dia berkomunikasi.
· Sistem eksternal :
o Contoh
: komunikasi terjadi karena unsur-unsur dari luar individu yang memicu
untuk berkomunikasi seperti,orang yang teriak dari depan rumah karena
memanggil seseorang mungkin karena suatu permasalahan,akhirnya terjadi
komunikasi meskipun secara berdebat
h. Komunikasi bersifat Irreversible
· Contoh
: sekali mengirimkan pesan,kita tidak dapat mengendalikan pengaruh
pesan tersebut apalagi menghilangkan efek pesan tsb seperti,mengecap
orang sebagai pemalas,anak yang autis
i. Komunikasi bukan panasea(alat mujarab) untuk menyelesaikan masalah
· Contoh : menyelesaikan perdebatan dengan musyawarah,mengatasi jaringan teroris melalui rapat
j. Komunikasi bersifat prosesual,dinamis dan transaksional
· Peristiwa komunikasi yang terjadi tanpa mempunyai awal dan akhir,melainkan merupakan suatu proses yang sambung
k.Semakin Mirip Latar Belakang Sosial budaya semakin efektilah komunikasi
l. Komunikasi bersifat NonSeksual
Proses Konteks KomunikasiProses Komunikasi : dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan,maka dalam dirinya terjadi suatu proses
Proses Konteks KomunikasiProses Komunikasi : dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan,maka dalam dirinya terjadi suatu proses
Pesan komunikasi itu sendiri terdiri 2 aspek,yakni :
a. isi pesan (pikiran)
b. lambang(bahasa)
proses mengemas atau membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikasi itulah yang disebut encoding.
Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan kepada
komunikan proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah
membuka kemasan pesan yang ia terima dari komunikator tadi isi kemasan
tadi adalah pikiran komunikator.
Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis
-proses
komunikasi dalam perspektif ini kompleks / rumit, sebab bersifat
situasional, bergantung pada suatu situasi ketika komunikasi itu
berlangsung.
Proses komunikasi dalam perspektif ini dapat diklasifikasikan menjadi :
* primer
* sekunder
a. proses komunikasi secara primer
proses
penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan suatu lambang sebagai media. Lambang ini umumnya bahasa
tetapi dalam situasi-situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang
dipergunakan dapat berupa gesture :
· gerak anggota tubuh
· warna
· gambar
b.Proses komunikasi secara sekunder
Proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
alat sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama
2 media :
- media pertama : bahasa dalam pikiran (ucapan)
- media kedua : melalui perantara (hp,radio)
c. Proses komunikasi secara linier
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik
terminal. Komunikasi ini,berlangsung dalam situasi komunikasi tatap muka
dan komunikasi bermedia.
d.Proses komunikasi secara sirkuler
Konteks-konteks Komunikasi :
Ø komunikasi intrapribadi
Ø komunikasi antarpribadi
Ø komunikasi kelompok
Ø komunikasi publik
Ø komunikasi massa (media)
Ø komunikasi medio
Model-model Komunikasi
a. model aristoteles
- komunikatoràpesanàkomunikan
- penggambaran dari komunikasi public speaking dan pidato
- persuasi dapat dicapai oleh siapa anda etos : kepercayaan anda,logos : logika dari pendapat anda,pathos : emosi khalayak
- komunikasi dipandang sebagai suatu yang statis
b.model S-R
- komunikasi sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana
- asumsi : kata-kata verbal,isyarat nonverbal,gambar-gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu
- model ini mengabaikan sistem internal individu
c. model Lasswell
- siapaàmengatakan apaàdengan perantara apaàkepada siapaàdengan akibat/respons
komponen Komunikan
1. komunikator
à pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Komunikator (individu,kelompok,organisasi,perusahaan)
2. encoding
à tindakan menghasilkan pesan (berbicara atau menulis)
3. decoding
à tindakan menerima pesan (mendengar,membaca)
4. pesan
àseperangkat verbal/non yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud.sumber : http://yuninganakbaik.blogspot.com/
014(*04) Struktur Komunikasi dan Desain Dalam Situs Jejaring Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan. Mereka selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Interaksi ini diwujudkan lewat bentuk-bentuk komunikasi yang mereka
lakukan. Intrapersonal, Interpersonal, small group, public dan mass communication (a) adalah realisasi dari komunikasi yang terjadi antar manusia. Inti dari komunikasi yang dilakukan bisa berarti sharing (berbagi), caring (kepedulian), feeding, loving (saling mencintai), fighting (pertikaian), conversing (percakapan), friendship (persahabatan), sex (seksualitas), envy (kecemburuan), shouting, arguing (berargumentasi), betrayal (pengkhianatan), rumor mongering, gossiping (bergosip), laughing (tertawa), crying (menangis), providing support (memberikan dukungan), whining (rengekan), advocating for others (mendukung yang lain), recommending (rekomendasi), swearing off
(meninggalkan/berhenti) (b) dan sebagainya.Inti komunikasi antar
manusia ini kemudian diwujudkan dalam media yang lain yaitu situs
jejaring sosial.
Situs jejaring sosial dapat
didefinisikan sebagai layanan berbasis situs yang memungkinkan individu
untuk (1) membangun suatu profil publik atau semi publik dalam sistem
yang terbatas; (2) mengartikulasikan daftar pengguna lain dengan siapa
saja mereka berbagi; (3) melihat dan menelusuri daftar kolega mereka
dan daftar kolega yang dibuat oleh orang lain dalam sistem. Tetapi
masing-masing situs jejaring sosial memiliki karakteristik pada sistem
dan cara berinteraksi yang berbeda satu dengan lainnya. Secara teknologi
situs, situs jejaring sosial termasuk dalam teknologi web 2.0. Web 2.0
diciptakan pertama kali pada tahun 2004 oleh Tim O’Reiley dari O’Reilly
Media dimana Web 2.0 mengijinkan dan menganjurkan seluruh pengguna untuk
membuat, berbagi dan menyebarkan informasi dan gambar. Web 2.0 mencakup
teknologi situs dan layanan, seperti blog, wiki, alat komunikasi, dan
folksonomi yang menekankan berbagi konten antara pengguna dan kolaborasi
secara online. Hal ini adalah bentuk aplikasi yang sangat baru dan
interaktif. Dalam situs jejaring sosial, inti komunikasi antar manusia
ini sebagian besar menjadi bahan acuan dalam membuat desain seperti classmate.com, sixdegrees.com dan friendster.com untuk persahabatan, youtube.com untuk berbagi video, flickr.com untuk berbagi foto dan sebagainya. Classmate.com
memungkinkan orang untuk berafiliasi dengan sekolah tinggi atau
perguruan tinggi dan juga mencari informasi orang lain yang melakukan
afiliasi, tetapi pengguna tidak dapat membuat profile (jati diri) mereka atau memasukkan orang lain sebagai teman. Sedangkan sixdegress.com adalah yang pertama kali menggabungkan hal ini (c).
Gambar 1. Bentuk Interaksi Manusia dengan Komputer
Sumber: Porter, J.Designing For The Social Web.Berkeley,New Riders, 2008, hlm 15
Dalam proses meme terdapat istilah copy-the-product dan copy-the-instruction (d). Copy-of-product melakukan salinan secara langsung terhadap sebuah produk yang sebelumnya telah dibuat oleh orang lain, sedangkan copy-the-instruction
adalah melakukan salinan instruksi atau perintah dari suatu produk yang
telah dihasilkan oleh orang lain. Situs jejaring sosial secara umum
merupakan bentuk copy-the-instruction komunikasi dari manusia yang disalin melalui media komputer menjadi bentuk-bentuk fitur-fitur yang berbasis pengguna seperti friends, contact, leave messages
dan sebagainya. Sedangkan situs-situs sosial yang muncul di Indonesia
sebagai fenomena, merupakan copy-the-product dari situs-situs sosial
yang sebelumnya telah dibuat oleh orang lain walaupun mereka
berargumentasi bahwa situs yang mereka buat adalah tidak mengikuti
situs-situs yang telah ada.
Situs jejaring sosial secara umum
merupakan interpretasi dari bentuk-bentuk komunikasi antar manusia.
Lahirnya situs-situs jejaring sosial di merupakan bentuk-bentuk meme
dari sebelumnya dimana konsep, fungsi dan struktur diambil dari yang
sudah ada sebelumnya. konsep, fungsi dan situs jejaring sosial adalah
membangun komunitas dimana konsep ini diambil dari situs-situs sosial
yang sudah terlebih dahulu muncul, walaupun para pembuat situs-situs
jejaring sosial mengatakan bahwa mereka memiliki konsep yang berbeda,
tetapi intinya sama. Yang membedakan adalah bentuknya. Terkadang sebuah
situs merupakan tiga kombinasi atau lebih situs jejaring sosial yang
sebelumnya telah ada. Penambahan beberapa fitur-fitur yang sama sekali
belum ada sebelumnya dimana merupakan bagian-bagian dianggap baru dari
sebelumnya, hal itu merupakan kelebihan tersendiri yang merupakan meme yang dinamis dari suatu gagasan.
sumber : http://fsd.isi-dps.ac.id/artikel/struktur-komunikasi-dan-desain-dalam-situs-jejaring-sosial
014(*03) Karakteristik dan Fungsi Komunikasi
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses, Komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutanKomunikasi adalah upaya yang disengaja dan punya tujuan (dilakukan dalam keadaan sadar)
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat. Aktifitas komunikasi akan berlangsung dengan baik, apabila pihak-pihak yang terlibat berkomunikasi
Komunikasi bersifat simbolis, Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.
Komunikasi bersifat transaksional, Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan; memberi dan menerima.
Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.
Fungsi Komunikasi secara umum
1. Dapat menyampaikan pikiran atau perasaan
2. Tidah terasing atau terisolasi dari lingkungan
3. dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu
4. dapat mengetahui atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan
5. Dapat mengenal diri sendiri
6. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain.
7. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang
8. Dapat mengisi waktu luang
9. Dapat menambah pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku kebiasaan
10. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku sebagaimana diharapkan.
FUNGSI KOMUNIKASI
Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan.FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.Pembentukan konsep diriKonsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
FUNGSI KOMUNIKASI EKSPRESIF Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.
FUNGSI KOMUNIKASI RITUAL Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata2 dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.
FUNGSI KOMUNIKASI INSTRUMENTAL Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.
sumber : http://meiliemma.wordpress.com/2006/09/27/kuliah-23-pengantar-ilmu-komunikasi-ms-agustina-zubair/
014(*02) Komunikasi Massa, Pengertian dan Karakteristiknya
Komunikasi, dalam sekian banyak bentuknya, memiliki peran dan fungsi
yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Watzalawick dalam Bradac and
Bowers (1980) bahkan mengungkapkan bahwa human being cannot not communicate.
Setiap manusia memiliki potensi untuk berkomunikasi satu sama lain saat
dia terdiam sekalipun. Komunikasi manusia memiliki beberapa konteks
tergantung dari jumlah komunikator, derajat kedekatan fisik, saluran
indrawi yang tersedia hingga kesegeraan umpan balik (Cassandra dalam
Mulyana, 71;2002).
Salah satu konteks komunikasi ini antara lain adalah komunikasi massa. Cassandra (dalam Mulyana, 71;2002) menyebutkan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda.
1. Definisi Komunikasi Massa
Definisi paling sederhana dari komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner (dalam Rahmat, 2005: 186) ”Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Sedangkan Dominick (1996) mengutarakan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah organisasi kompleks yang dengan bantuan dari satu atau lebih mesin membuat dan menyebarkan pesan publik yang ditujukan pada audiens berskala besar serta bersifat heterogen dan tersebar. Meletze (dalam Rakhmat, 1998) sendiri kemudian memberi definisi dari komunikasi massa dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada populasi dari berbagai komunitas yang tersebar. Adapun Rodman (2006) menyebutkan bahwa komunikasi massa terdiri dari pesan-pesan termediasi (mediated messages) yang disiarkan kepada publik yang besar dan tersebar.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.
Rodman (2006) menawarkan model dasar komunikasi massa dalam bagan dibawah ini
Source dalam bagan diatas merupakan para profesional atau sebuah organisasi besar yang bertindak sebagai gatekeeper. Pesan yang disiapkan oleh gatekeeper untuk disebarkan adalah pesan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan ekonomi, legal dan etika. Dengan adanya perbedaan interprestasi peran oleh masing-masing individu dalam khalayak yang menyebabkan adanya efek baik pada tingkat individual dan tingkat masyarakat.
Rodman (2006:9) menyatakan bahwa model ini memperbesar peran dari gatekeeper dan membatasi umpan balik alami. Hal ini terlihat dari bagaimana gatekeeper memilih dari sumber berita yang tak terhingga mulai dari hiburan dan informasi yang ada untuk diekspos kepada khalayak.
2. Karakteristik Komunikasi Massa
Serupa dengan definisi komunikasi massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki banyak versi dari para ahli komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat, 1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu :
1. komunikasi massa bersifat tidak langsung
2. komunikasi massa bersifat satu arah
3. komunikasi massa bersifat terbuka.
4. memiliki publik yang secara geografis tersebar.
Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media In A Changing World menyebutkan perbedaan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain yakni :
1. Proses umpan balik berjalan lamban dan interaksi antara komunikator dan komunikan dibatasi.
2. Komunikasi massa memiliki efek yang besar dan meluas.
3.Proses encoding dan decoding melalui beberapa tahapan (multistages) dengan kemungkinan gangguan semantik, alam dan mekanis.
4. Pesan yang disampaikan bersifat publik, mahal dan mudah terputus.
5. Komunikan memiliki jumlah yang besar dan dapat memilih pesan mana yang ingin ia akses.
Dari uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1. Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.
2. Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
3. Komunikan tidak memiliki identitas (anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
4.Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.
sumber : http://meopinion.wordpress.com/2010/09/27/komunikasi-massa-pengertian-dan-karakteristiknya/
Salah satu konteks komunikasi ini antara lain adalah komunikasi massa. Cassandra (dalam Mulyana, 71;2002) menyebutkan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda.
1. Definisi Komunikasi Massa
Definisi paling sederhana dari komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner (dalam Rahmat, 2005: 186) ”Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Sedangkan Dominick (1996) mengutarakan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah organisasi kompleks yang dengan bantuan dari satu atau lebih mesin membuat dan menyebarkan pesan publik yang ditujukan pada audiens berskala besar serta bersifat heterogen dan tersebar. Meletze (dalam Rakhmat, 1998) sendiri kemudian memberi definisi dari komunikasi massa dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada populasi dari berbagai komunitas yang tersebar. Adapun Rodman (2006) menyebutkan bahwa komunikasi massa terdiri dari pesan-pesan termediasi (mediated messages) yang disiarkan kepada publik yang besar dan tersebar.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.
Rodman (2006) menawarkan model dasar komunikasi massa dalam bagan dibawah ini
Source dalam bagan diatas merupakan para profesional atau sebuah organisasi besar yang bertindak sebagai gatekeeper. Pesan yang disiapkan oleh gatekeeper untuk disebarkan adalah pesan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan ekonomi, legal dan etika. Dengan adanya perbedaan interprestasi peran oleh masing-masing individu dalam khalayak yang menyebabkan adanya efek baik pada tingkat individual dan tingkat masyarakat.
Rodman (2006:9) menyatakan bahwa model ini memperbesar peran dari gatekeeper dan membatasi umpan balik alami. Hal ini terlihat dari bagaimana gatekeeper memilih dari sumber berita yang tak terhingga mulai dari hiburan dan informasi yang ada untuk diekspos kepada khalayak.
2. Karakteristik Komunikasi Massa
Serupa dengan definisi komunikasi massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki banyak versi dari para ahli komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat, 1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu :
1. komunikasi massa bersifat tidak langsung
2. komunikasi massa bersifat satu arah
3. komunikasi massa bersifat terbuka.
4. memiliki publik yang secara geografis tersebar.
Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media In A Changing World menyebutkan perbedaan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain yakni :
1. Proses umpan balik berjalan lamban dan interaksi antara komunikator dan komunikan dibatasi.
2. Komunikasi massa memiliki efek yang besar dan meluas.
3.Proses encoding dan decoding melalui beberapa tahapan (multistages) dengan kemungkinan gangguan semantik, alam dan mekanis.
4. Pesan yang disampaikan bersifat publik, mahal dan mudah terputus.
5. Komunikan memiliki jumlah yang besar dan dapat memilih pesan mana yang ingin ia akses.
Dari uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1. Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.
2. Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
3. Komunikan tidak memiliki identitas (anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
4.Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.
sumber : http://meopinion.wordpress.com/2010/09/27/komunikasi-massa-pengertian-dan-karakteristiknya/
014 (*01) MACAM-MACAM KOMUNIKASI
A. Komunikasi Menurut Cara Penyampaian.
Kiranya kita tidak perlu sulit untuk mengenali cara-cara penyampaian informasi dalam komunikasi, karena pada dasarnya kita telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut cara penyapaian informasi dapat dibedakan menjadi :
B. Komunikasi Menurut Perilaku.
Komunikasi merupakan hasil belajar manusia yang terjadi secara otomatis, sehingga dipengaruhi oleh perilaku maupun posisi seseorang. Menurut perilaku, komunikasi dapat dibedakan menjadi :
Maka telah diketahui bahwa komunikasi formal, informal dan nonformal saling berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi.
D. Komunikasi Menurut Ruang Lingkup.
Ruang lingkup terjadinya komunikasi merupakan batasan jenis komunikasi ono. Maka dalam komunikasi menurut ruang lingkup dapat dibedakan sebagai berikut :
Komunikasi dengan pihak luar dapat berbentuk :
E. Komunikasi Memurut Aliran Informasi.
Komunikasi menurut aliran informasi dapat dibedakan sebagai berikut :
Dengan demikian arah informasi tersebut akan dianut sebagai bentuk interaksi komunikasinya.
F. Komunikasi Menurut Jaringan Kerja.
Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan komunikasi akan terlaksana neburut sistem yang ditetapkanya dalam jaringan kerja.
Komunikasi menurut jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi :
G. Komunikasi Menurut Peranan Individu.
Dalam komunikasi ini peranan individu sangat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasinya. Ada beberapa macam antara lain :
H. Komunikasi Menurut Jumlah Yang Berkomunikasi.
Komunikasi yang selalu terjadi diantara sesama manusia baik perorangan maupun kelompok. Jumlah yang berkomunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri, disamping sifat dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Untuk itu dapat dibedakan sebagai berikut :
sumber : http://ericklatumeten.wordpress.com/2010/03/08/macam-macam-komunikasi/
Kiranya kita tidak perlu sulit untuk mengenali cara-cara penyampaian informasi dalam komunikasi, karena pada dasarnya kita telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut cara penyapaian informasi dapat dibedakan menjadi :
- Komunikasi Lisan.
- Yang terjadi secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana ke dua belah pihak dapat bertatap muka.
- Yang terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak.
- Komunikasi Tertulis.
- Yang dilaksanakan dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan yang beritanya singkat. Jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud tertentu.
- Naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat komplek
- Blangko-blangko, yang dipergunakan untuk mengirimkan berita dalam suatu daftar.
- Gambar dan foto, Karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat.
- Spanduk, yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang banyak.
B. Komunikasi Menurut Perilaku.
Komunikasi merupakan hasil belajar manusia yang terjadi secara otomatis, sehingga dipengaruhi oleh perilaku maupun posisi seseorang. Menurut perilaku, komunikasi dapat dibedakan menjadi :
- Komunikasi Formal.
- Komunikasi Informal.
- Komunikasi Nonformal.
Maka telah diketahui bahwa komunikasi formal, informal dan nonformal saling berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi.
D. Komunikasi Menurut Ruang Lingkup.
Ruang lingkup terjadinya komunikasi merupakan batasan jenis komunikasi ono. Maka dalam komunikasi menurut ruang lingkup dapat dibedakan sebagai berikut :
- Komunikasi Internal.
- Komunikasi Eksternal.
Komunikasi dengan pihak luar dapat berbentuk :
- Eksposisi, pameran, promosi, publikasi, dan sebagainya.
- Komperensi pers
- Siaran televise, radio, dan sebagainnya.
- Bakti social, pengabdian pada masyarakat, dan sebagainnya.
E. Komunikasi Memurut Aliran Informasi.
Komunikasi menurut aliran informasi dapat dibedakan sebagai berikut :
- Komunikasi satu arah.
- Komunikasi dua arah.
- Komunikasi ke atas.
- Komunikasi ke bawah.
- Komunikasi kesamping.
Dengan demikian arah informasi tersebut akan dianut sebagai bentuk interaksi komunikasinya.
F. Komunikasi Menurut Jaringan Kerja.
Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan komunikasi akan terlaksana neburut sistem yang ditetapkanya dalam jaringan kerja.
Komunikasi menurut jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi :
- Komunikasi jaringan kerja rantai.
- Komunikasi jaringan kerja lingkaran.
- Komunikasi jaringan bintang.
G. Komunikasi Menurut Peranan Individu.
Dalam komunikasi ini peranan individu sangat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasinya. Ada beberapa macam antara lain :
- Komunikasi antar individu dengan individu yang lain.
- Komunikasi antara individu dengan lingkungan yang lebih luas.
- Komunikasi antara individu dengan dua kelompok atau lebih.
H. Komunikasi Menurut Jumlah Yang Berkomunikasi.
Komunikasi yang selalu terjadi diantara sesama manusia baik perorangan maupun kelompok. Jumlah yang berkomunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri, disamping sifat dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Untuk itu dapat dibedakan sebagai berikut :
- Komunikasi perseorangan.
- Komunikasi kelompok .
sumber : http://ericklatumeten.wordpress.com/2010/03/08/macam-macam-komunikasi/
013(*02) Teori – teori Motivasi
Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah
bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan
kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep
tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984).
Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.
Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandangnya, yaitu behavioral, cognitive, psychoanalytic, humanistic, social learning, dan social cognition.
1. Teori-teori Behavioral
Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu; ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes & Dodson, 1908).
Pada tahun 1943, Clark Hull mengemukakan Drive Reduction Theory yang menyatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul mungkin bermacam-macam bentuknya (Budiningsih, 2005). Masih menurut Hull, suatu kebutuhan biologis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Menurut teori Hull, dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004). Lebih jauh Hull merumuskan teorinya dalam bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arah) sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk:
Behaviour = Drive × Habit
Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian, maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner & Calfee, 1996).
Pada periode 1935 – 1960, Kurt Lewin mengajukan Field Theory yang dipengaruhi oleh prinsip dasar psikologi Gestalt. Lewin menyatakan bahwa perilaku ditentukan baik oleh person (P) maupun oleh environment (E):
Behaviour = f(P, E)
Menurut Lewin, besar gaya motivasional pada seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan lingkungannya ditentukan oleh tiga faktor: tension (t) atau besar kecilnya kebutuhan, valensi (G ) atau sifat objek tujuan, dan jarak psikologis orang tersebut dari tujuan (e).
Force = f(t, G)/e
Dalam persamaan Lewin di atas, jarak psikologis berbanding terbalik dengan besar gaya (motivasi), sehingga semakin dekat seseorang dengan tujuannya, semakin besar gaya motivasinya. Sebagai contoh, seorang pelari yang sudah kelelahan melakukan sprint ketika ia melihat atau mendekati garis finish. Teori Lewin memandang motivasi sebagai tension yang menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuannya dari jarak psikologis yang bervariasi (Berliner & Calfee, 1996).
2. Teori-teori Cognitive
Pada tahun 1957 Leon Festinger mengajukan Cognitive Dissonance Theory yang menyatakan jika terdapat ketidakcocokan antara dua keyakinan, dua tindakan, atau antara keyakinan dan tindakan, maka kita akan bereaksi untuk menyelesaikan konflik dan ketidakcocokan ini. Implikasi dari hal ini adalah bahwa jika kita dapat menciptakan ketidakcocokan dalam jumlah tertentu, ini akan menyebabkan seseorang mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola pikirnya, dan selanjutnya mengubah lebih jauh perilakunya (Huitt, 2001).
Teori kedua yang termasuk dalam teori-teori cognitive adalah Atribution Theory yang dikemukakan oleh Fritz Heider (1958), Harold Kelley (1967, 1971), dan Bernard Weiner (1985, 1986). Teori ini menyatakan bahwa setiap individu mencoba menjelaskan kesuksesan atau kegagalan diri sendiri atau orang lain dengan cara menawarkan attribut-atribut tertentu. Atribut ini dapat bersifat internal maupun eksternal dan terkontrol maupun yang tidak terkontrol seperti tampak pada diagram berikut.
Dalam sebuah pembelajaran, sangat penting untuk membantu siswa
mengembangkan atribut-diri usaha (internal, terkontrol). Jika siswa
memiliki atribut kemampuan (internal, tak terkontrol), maka begitu siswa
mengalami kesulitan dalam belajar, siswa akan menunjukkan perilaku
belajar yang melemah (Huitt, 2001).
Pada tahun 1964, Vroom mengajukan Expectancy Theory yang secara matematis dituliskan dalam persamaan: Motivation = Perasaan berpeluang sukses (expectancy) × Hubungan antara sukses dan reward (instrumentality) × Nilai dari tujuan (Value)
Karena dalam rumus ini yang digunakan adalah perkalian dari tiga variabel, maka jika salah satu variabel rendah, motivasi juga akan rendah. Oleh karena itu, ketiga variabel tersebut harus selalu ada supaya terdapat motivasi. Dengan kata lain, jika seseorang merasa tidak percaya bahwa ia dapat sukses pada suatu proses belajar atau ia tidak melihat hubungan antara aktivitasnya dengan kesuksesan atau ia tidak menganggap tujuan belajar yang dicapainya bernilai, maka kecil kemungkinan bahwa ia akan terlibat dalam aktivitas belajar.
3. Teori-teori Psychoanalytic
Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah Psychoanalytic Theory (Psychosexual Theory) yang dikemukakan oleh Freud (1856 – 1939) yang menyatakan bahwa semua tindakan atau perilaku merupakan hasil dari naluri (instinct) biologis internal yang terdiri dari dua kategori, yaitu hidup (sexual) dan mati (aggression). Erik Erikson yang merupakan murid Freud yang menentang pendapat Freud, menyatakan dalam Theory of Socioemotional Development (atau Psychosocial Theory) bahwa yang paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan pribadi adalah interaksi sosial (Huitt, 1997).
4. Teori-teori Humanistic
Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistic ini adalah Theory of Human Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954). Maslow mengemukakan gagasan hirarki kebutuhan manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency needs dan growth needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Dalam deficiency needs ini, kebutuhan yang lebih bawah harus dipenuhi lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level berikutnya. Growth needs meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi diri, dan kebutuhan self-transcendence. Menurut Maslow, manusia hanya dapat bergerak ke growth needs jika dan hanya jika deficiency needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan Maslow merupakan cara yang menarik untuk melihat hubungan antara motif manusia dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan (Atkinson, 1983).
Teori Maslow mendorong penelitian-penelitian lebih lanjut yang mencoba mengembangkan sebuah teori tentang motivasi yang memasukkan semua faktor yang mempengaruhi motivasi ke dalam satu model (Grand Theory of Motivation), misalnya seperti yang diusulkan oleh Leonard, Beauvais, dan Scholl (1995). Menurut model ini, terdapat 5 faktor yang merupakan sumber motivasi, yaitu 1)instrumental motivation (reward dan punishment), 2)Intrinsic Process Motivation (kegembiraan, senang, kenikmatan), 3)Goal Internalization (nilai-nilai tujuan), 4)Internal Self-Concept yang didasarkan pada motivasi, dan 5) External Self-Concept yang didasarkan pada motivasi (Leonard, et.al, 1995).
5. Teori-teori Social Learning
Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan, Rotter mencoba menggabungkan dua pendekatan utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-response atau reinforcement dan pendekatan cognitive atau field. Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari expectation dan nilai reinforcement. Nilai reinforcement merujuk pada tingkat preferensi terhadap reinforcement tertentu (Berliner & Calfee, 1996).
6. Teori Social Cognition
Tokoh dari Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui berbagai eksperimen Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan konsekuensi tidak diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati aktivitas orang lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola 4 langkah yang mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan belajar operan, yaitu 1)Attention, memperhatikan dari lingkungan, 2)Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh, 3)Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa yang dilihat, 4)Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement and punishment) (Huitt, 2004).
C. Teori Curiosity Berlyne
Pada tahun 1960 Berlyne mengemukakan sebuah Teori tentang Curiosity atau rasa ingin tahu. Menurut Berlyne, ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Ini akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian (Gagne, 1985).
Dalam pembelajaran Sains, ketika guru melakukan demonstrasi suatu eksperimen yang memberikan hasil yang tidak terduga, hal ini akan menimbulkan konflik konseptual dalam diri siswa, dan ini akan memotivasi siswa untuk mengerti mengapa hasil eksperimen tersebut berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Dengan demikian, keadaan ketidakpastian yang diciptakan oleh guru telah menimbulkan curiosity siswa, dan siswa akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam dirinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa curiosity merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi. Sejarah juga membuktikan bahwa curiosity memiliki banyak peran dalam kehidupan para penemu (inventor), ilmuwan, artis, dan orang-orang yang kreatif.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan curiosity siswa adalah inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada diberikan jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataan-pernyataan, curiosity siswa akan meningkat karena siswa mengalami ketidakpastian terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut (Gagne, 1985).
D. Hipotesis
Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa terdapat kaitan yang erat antara peningkatan motivasi belajar siswa terhadap penerapan metode inquiry dalam pembelajaran Sains.
III. Diskusi
Seperti yang telah diteliti oleh Haury (Haury, 1993), salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis, Jika metode inquiry dapat mempengaruhi sikap keilmiahan siswa, maka muncul pertanyaan apakah metode ini juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dalam diri siswa? Sesuai dengan teori curiosity Berlyne, rasa ingin tahu yang dimiliki siswa akan memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Dengan sikap keilmiahan yang baik, konsep-konsep dalam Sains lebih mudah dipahami oleh siswa. Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan pembelajaran Sains juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya, yaitu pemahaman konsep-konsep Sains. Jadi, tampaknya ada hubungan yang kuat antara motivasi belajar dengan sikap keilmiahan yang terbentuk sebagai akibat dari penerapan metode inquiry.
Rasa ingin tahu yang tinggi dapat dikaitkan dengan teori Maslow, yang menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang salah satunya kebutuhan untuk mengetahui dan kebutuhan untuk memahami. Oleh karena itu, metode inquiry yang biasa diterapkan dalam pembelajaran Sains secara tidak langsung sebenarnya mencoba memenuhi salah satu kebutuhan manusia tersebut.
Seperti yang telah diuraikan dalam deskripsi teoretik di depan, komponen pertama dalam metode inquiry adalah question atau pertanyaan. Dalam pandangan teori-teori motivasi behavioral, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat diartikan sebagai rangsangan (arousal) atau dorongan (drive). Adanya rangsangan dan dorongan ini menyebabkan siswa termotivasi untuk meresponnya melalui kegiatan ilmiah, yaitu mencari jawaban dari pertanyaan. Kegiatan ilmiah yang dilakukan, sesuai teori Hull tidak lain adalah upaya untuk mengurangi dorongan atau drive.
Yang perlu diperhatikan dalam memberikan pertanyaan kepada siswa adalah bahwa ada rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu sesuai dengan Optimal Arousal Theory. Sebab, jika rangsangan yang diberikan terlalu tinggi, maka motivasi siswa justru dapat turun kembali. Harus juga dipertimbangkan apa yang oleh Field Theory disebut sebagai jarak psikologis ke suatu tujuan; dalam memberikan pertanyaan, sebaiknya “jarak” antara pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan jawaban yang diharapkan tidak terlalu jauh, supaya motivasi untuk menjawab pertanyaan tersebut besar karena jarak psikologis tersebut berbanding terbalik dengan motivasi.
Dalam pandangan teori-teori motivasi Cognitive, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran Sains dengan metode inquiry sama artinya dengan menciptakan ketidakcocokan (konflik) antara apa yang dipikirkan oleh siswa dengan apa yang seharusnya menjadi jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cognitive Dissonance Theory menyiratkan bahwa jika guru dapat menciptakan konflik-konflik tersebut, maka siswa akan berusaha (termotivasi) untuk mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola pikirnya.
Sementara menurut Expectation Theory, jika seseorang merasa tidak percaya bahwa ia dapat sukses pada suatu proses belajar atau ia tidak melihat hubungan antara aktivitasnya dengan kesuksesan atau ia tidak menganggap tujuan belajar yang dicapainya bernilai, maka kecil kemungkinan bahwa ia akan terlibat dan termotivasi dalam aktivitas belajar. Oleh karena itu, jika metode inquiry diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa memiliki batasan-batasan tertentu, misalnya siswa harus merasa dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang disyaratkan dalam metode pembelajaran Inquiry, yang oleh Garton disebut sebagai pertanyaan essential, antara lain harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut (Garton, 2005).
Dalam pandangan Theory of Socioemotional Development, yang paling mendorong atau memotivasi perilaku manusia dan pengembangan pribadi adalah interaksi sosial. Dalam pembelajaran dengan metode inquiry, ketika siswa merasa dilibatkan oleh guru (lingkungan) dalam proses menjawab pertanyaan-pertanyaan dan melakukan interaksi dengan sesama siswa melalui kerja kelompok, maka perilaku dan kepribadiannya berubah ke arah yang lebih baik, yaitu ikut aktif terlibat dalam kegiatan dan mau bekerjasama. Supaya keterlibatan dan kerjasamanya dapat diterima oleh lingkungan, maka ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin, misalnya dengan membaca banyak buku teks. Artinya, motivasi belajar siswa meningkat.
Dalam pandangan teori Maslow, manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri. Kesempatan siswa untuk terlibat dan bekerjasama dalam sebuah pembelajaran dengan metode inquiry dapat dikatakan sebagai kesempatan untuk memenuhi dua kebutuhan – penghargaan dan aktualisasi diri – tersebut. Dengan demikian, metode inquiry memberikan ruang bagi siswa untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga siswa pun akan memiliki motivasi yang tinggi, tentu saja motivasi dalam belajar.
Keterlibatan dan interaksi kerjasama dalam pembelajaran Sains dengan metode inquiry juga dapat ditinjau berdasarkan teori Social Cognition, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat terjadi antara lain melalui attention dan motivation. Attention, artinya siswa memperhatikan lingkungan melalui keterlibatannya. Motivation, artinya lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku. Contoh konsekuensi adalah dianggap tidak aktif terlibat dan tidak dapat bekerjasama. Untuk menghindari konsekuensi ini, siswa termotivasi untuk belajar sehingga konsekuensi yang diperoleh adalah konsekuensi yang positif.
Komponen keempat dalam metode inquiry adalah performance evaluation. Performance evaluation dapat ditinjau dari Expectation Theory yang menyatakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari expectation, reward, dan nilai. Dalam performance evaluation, siswa akan berusaha sebaik-baiknya dengan expectancy mendapatkan reward (misalnya nilai yang baik). Dengan demikian, sesuai teori ini motivasi siswa akan meningkat karena metode inquiri mengandung performance evaluation. Hal sebaliknya dapat dinyatakan bahwa motivasi siswa akan rendah dalam suatu pembelajaran yang tidak memasukkan unsur performance evaluation di dalamnya.
Mirip dengan Expectation Theory, Social Learning Theory juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah expectation dan nilai reinforcement. Dengan demikian, melalui performance evaluation ini motivasi siswa akan meningkat karena expectation siswa yang tinggi.
Berdasarkan teori Maslow, dalam performance evaluation siswa diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Artinya, adanya kesempatan ini menyebabkan motivasi siswa meningkat agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Komponen kelima dalam metode inquiry adalah Variety of Resources. Komponen ini dapat dikaitkan dengan teory Curiosity Berlyne yang menyimpulkan bahwa curiosity meningkatkan motivasi belajar siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru menimpulkan ketidakpastian atau konflik konseptual dalam diri siswa. Konflik konseptual ini akan menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri siswa. Untuk menjawab rasa ingin tahunya, siswa harus memiliki banyak pengetahuan, yang dapat diperoleh dari berbagai macam sumber belajar. Artinya, dalam metode inquiry sebenarnya guru menciptakan curiosity siswa, yang meningkatkan motivasi belajarnya, dan guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk memuaskan rasa ingin tahunya tersebut melalui berbagai macam sumber belajar. Tentu saja, peranan guru sangat penting dalam memilihkan sumber belajar yang tepat agar siswa tidak terlalu lama dalam keadaan “belum menemukan jawaban”, karena hal ini dapat menurunkan kembali motivasinya.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran kelima komponen dalam metode inquiry di atas ditinjau dari berbagai teori tentang motivasi dan curiosity terlihat bahwa metode inquiry memberikan kesempatan meningkatnya motivasi belajar siswa. Memberikan kesempatan dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian, masih terdapat batasan-batasan. Misalnya, jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa terlalu sulit (jarak psikologisnya jauh), tidak memberikan rangsangan dan curiosity yang tinggi, maka peningkatan motivasi belajar juga sulit diharapkan. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari metode inquiry terhadap motivasi belajar siswa.
V. Referensi
Atkinson, Rita., Atkinson, Richard, C., & Hilgard, Ernest, R., 1983. Introduction to Psychology, 8th Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.(Editor), 1996. Handbook of Educational Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan.
Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED325303)
Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.
Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.
Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company
Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy.
Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048)
Huitt, W. (1997). Socioemotional development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University
____. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.
____. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University
Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. “A Self Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…).
Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta.
Wortman, Camille., Loftus, Elizabeth. & Weaver, Charles., 2004. Psychology, 5th Ed. Boston, McGraw-Hill.
Yerkes, R.M. & Dodson, J.D. (1908) The Relation of Strength of Stimulus to Rapidity of Habit-Formation. Journal of Comparative Neurology and Psychology, 18.
sumber : http://iwanps.wordpress.com/2008/04/17/teori-motivasi/
Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.
Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandangnya, yaitu behavioral, cognitive, psychoanalytic, humanistic, social learning, dan social cognition.
1. Teori-teori Behavioral
Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu; ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes & Dodson, 1908).
Pada tahun 1943, Clark Hull mengemukakan Drive Reduction Theory yang menyatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul mungkin bermacam-macam bentuknya (Budiningsih, 2005). Masih menurut Hull, suatu kebutuhan biologis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Menurut teori Hull, dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004). Lebih jauh Hull merumuskan teorinya dalam bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arah) sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk:
Behaviour = Drive × Habit
Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian, maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner & Calfee, 1996).
Pada periode 1935 – 1960, Kurt Lewin mengajukan Field Theory yang dipengaruhi oleh prinsip dasar psikologi Gestalt. Lewin menyatakan bahwa perilaku ditentukan baik oleh person (P) maupun oleh environment (E):
Behaviour = f(P, E)
Menurut Lewin, besar gaya motivasional pada seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan lingkungannya ditentukan oleh tiga faktor: tension (t) atau besar kecilnya kebutuhan, valensi (G ) atau sifat objek tujuan, dan jarak psikologis orang tersebut dari tujuan (e).
Force = f(t, G)/e
Dalam persamaan Lewin di atas, jarak psikologis berbanding terbalik dengan besar gaya (motivasi), sehingga semakin dekat seseorang dengan tujuannya, semakin besar gaya motivasinya. Sebagai contoh, seorang pelari yang sudah kelelahan melakukan sprint ketika ia melihat atau mendekati garis finish. Teori Lewin memandang motivasi sebagai tension yang menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuannya dari jarak psikologis yang bervariasi (Berliner & Calfee, 1996).
2. Teori-teori Cognitive
Pada tahun 1957 Leon Festinger mengajukan Cognitive Dissonance Theory yang menyatakan jika terdapat ketidakcocokan antara dua keyakinan, dua tindakan, atau antara keyakinan dan tindakan, maka kita akan bereaksi untuk menyelesaikan konflik dan ketidakcocokan ini. Implikasi dari hal ini adalah bahwa jika kita dapat menciptakan ketidakcocokan dalam jumlah tertentu, ini akan menyebabkan seseorang mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola pikirnya, dan selanjutnya mengubah lebih jauh perilakunya (Huitt, 2001).
Teori kedua yang termasuk dalam teori-teori cognitive adalah Atribution Theory yang dikemukakan oleh Fritz Heider (1958), Harold Kelley (1967, 1971), dan Bernard Weiner (1985, 1986). Teori ini menyatakan bahwa setiap individu mencoba menjelaskan kesuksesan atau kegagalan diri sendiri atau orang lain dengan cara menawarkan attribut-atribut tertentu. Atribut ini dapat bersifat internal maupun eksternal dan terkontrol maupun yang tidak terkontrol seperti tampak pada diagram berikut.
Internal | Eksternal | |
Tidak terkontrol | Kemampuan (ability) | Keberuntungan (luck) |
Terkontrol | Usaha (effort) | Tingkat kesulitan tugas |
Pada tahun 1964, Vroom mengajukan Expectancy Theory yang secara matematis dituliskan dalam persamaan: Motivation = Perasaan berpeluang sukses (expectancy) × Hubungan antara sukses dan reward (instrumentality) × Nilai dari tujuan (Value)
Karena dalam rumus ini yang digunakan adalah perkalian dari tiga variabel, maka jika salah satu variabel rendah, motivasi juga akan rendah. Oleh karena itu, ketiga variabel tersebut harus selalu ada supaya terdapat motivasi. Dengan kata lain, jika seseorang merasa tidak percaya bahwa ia dapat sukses pada suatu proses belajar atau ia tidak melihat hubungan antara aktivitasnya dengan kesuksesan atau ia tidak menganggap tujuan belajar yang dicapainya bernilai, maka kecil kemungkinan bahwa ia akan terlibat dalam aktivitas belajar.
3. Teori-teori Psychoanalytic
Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah Psychoanalytic Theory (Psychosexual Theory) yang dikemukakan oleh Freud (1856 – 1939) yang menyatakan bahwa semua tindakan atau perilaku merupakan hasil dari naluri (instinct) biologis internal yang terdiri dari dua kategori, yaitu hidup (sexual) dan mati (aggression). Erik Erikson yang merupakan murid Freud yang menentang pendapat Freud, menyatakan dalam Theory of Socioemotional Development (atau Psychosocial Theory) bahwa yang paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan pribadi adalah interaksi sosial (Huitt, 1997).
4. Teori-teori Humanistic
Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistic ini adalah Theory of Human Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954). Maslow mengemukakan gagasan hirarki kebutuhan manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency needs dan growth needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Dalam deficiency needs ini, kebutuhan yang lebih bawah harus dipenuhi lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level berikutnya. Growth needs meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi diri, dan kebutuhan self-transcendence. Menurut Maslow, manusia hanya dapat bergerak ke growth needs jika dan hanya jika deficiency needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan Maslow merupakan cara yang menarik untuk melihat hubungan antara motif manusia dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan (Atkinson, 1983).
Teori Maslow mendorong penelitian-penelitian lebih lanjut yang mencoba mengembangkan sebuah teori tentang motivasi yang memasukkan semua faktor yang mempengaruhi motivasi ke dalam satu model (Grand Theory of Motivation), misalnya seperti yang diusulkan oleh Leonard, Beauvais, dan Scholl (1995). Menurut model ini, terdapat 5 faktor yang merupakan sumber motivasi, yaitu 1)instrumental motivation (reward dan punishment), 2)Intrinsic Process Motivation (kegembiraan, senang, kenikmatan), 3)Goal Internalization (nilai-nilai tujuan), 4)Internal Self-Concept yang didasarkan pada motivasi, dan 5) External Self-Concept yang didasarkan pada motivasi (Leonard, et.al, 1995).
5. Teori-teori Social Learning
Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan, Rotter mencoba menggabungkan dua pendekatan utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-response atau reinforcement dan pendekatan cognitive atau field. Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari expectation dan nilai reinforcement. Nilai reinforcement merujuk pada tingkat preferensi terhadap reinforcement tertentu (Berliner & Calfee, 1996).
6. Teori Social Cognition
Tokoh dari Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui berbagai eksperimen Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan konsekuensi tidak diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati aktivitas orang lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola 4 langkah yang mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan belajar operan, yaitu 1)Attention, memperhatikan dari lingkungan, 2)Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh, 3)Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa yang dilihat, 4)Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement and punishment) (Huitt, 2004).
C. Teori Curiosity Berlyne
Pada tahun 1960 Berlyne mengemukakan sebuah Teori tentang Curiosity atau rasa ingin tahu. Menurut Berlyne, ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Ini akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian (Gagne, 1985).
Dalam pembelajaran Sains, ketika guru melakukan demonstrasi suatu eksperimen yang memberikan hasil yang tidak terduga, hal ini akan menimbulkan konflik konseptual dalam diri siswa, dan ini akan memotivasi siswa untuk mengerti mengapa hasil eksperimen tersebut berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Dengan demikian, keadaan ketidakpastian yang diciptakan oleh guru telah menimbulkan curiosity siswa, dan siswa akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam dirinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa curiosity merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi. Sejarah juga membuktikan bahwa curiosity memiliki banyak peran dalam kehidupan para penemu (inventor), ilmuwan, artis, dan orang-orang yang kreatif.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan curiosity siswa adalah inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada diberikan jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataan-pernyataan, curiosity siswa akan meningkat karena siswa mengalami ketidakpastian terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut (Gagne, 1985).
D. Hipotesis
Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa terdapat kaitan yang erat antara peningkatan motivasi belajar siswa terhadap penerapan metode inquiry dalam pembelajaran Sains.
III. Diskusi
Seperti yang telah diteliti oleh Haury (Haury, 1993), salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis, Jika metode inquiry dapat mempengaruhi sikap keilmiahan siswa, maka muncul pertanyaan apakah metode ini juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dalam diri siswa? Sesuai dengan teori curiosity Berlyne, rasa ingin tahu yang dimiliki siswa akan memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Dengan sikap keilmiahan yang baik, konsep-konsep dalam Sains lebih mudah dipahami oleh siswa. Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan pembelajaran Sains juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya, yaitu pemahaman konsep-konsep Sains. Jadi, tampaknya ada hubungan yang kuat antara motivasi belajar dengan sikap keilmiahan yang terbentuk sebagai akibat dari penerapan metode inquiry.
Rasa ingin tahu yang tinggi dapat dikaitkan dengan teori Maslow, yang menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang salah satunya kebutuhan untuk mengetahui dan kebutuhan untuk memahami. Oleh karena itu, metode inquiry yang biasa diterapkan dalam pembelajaran Sains secara tidak langsung sebenarnya mencoba memenuhi salah satu kebutuhan manusia tersebut.
Seperti yang telah diuraikan dalam deskripsi teoretik di depan, komponen pertama dalam metode inquiry adalah question atau pertanyaan. Dalam pandangan teori-teori motivasi behavioral, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat diartikan sebagai rangsangan (arousal) atau dorongan (drive). Adanya rangsangan dan dorongan ini menyebabkan siswa termotivasi untuk meresponnya melalui kegiatan ilmiah, yaitu mencari jawaban dari pertanyaan. Kegiatan ilmiah yang dilakukan, sesuai teori Hull tidak lain adalah upaya untuk mengurangi dorongan atau drive.
Yang perlu diperhatikan dalam memberikan pertanyaan kepada siswa adalah bahwa ada rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu sesuai dengan Optimal Arousal Theory. Sebab, jika rangsangan yang diberikan terlalu tinggi, maka motivasi siswa justru dapat turun kembali. Harus juga dipertimbangkan apa yang oleh Field Theory disebut sebagai jarak psikologis ke suatu tujuan; dalam memberikan pertanyaan, sebaiknya “jarak” antara pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan jawaban yang diharapkan tidak terlalu jauh, supaya motivasi untuk menjawab pertanyaan tersebut besar karena jarak psikologis tersebut berbanding terbalik dengan motivasi.
Dalam pandangan teori-teori motivasi Cognitive, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran Sains dengan metode inquiry sama artinya dengan menciptakan ketidakcocokan (konflik) antara apa yang dipikirkan oleh siswa dengan apa yang seharusnya menjadi jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cognitive Dissonance Theory menyiratkan bahwa jika guru dapat menciptakan konflik-konflik tersebut, maka siswa akan berusaha (termotivasi) untuk mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola pikirnya.
Sementara menurut Expectation Theory, jika seseorang merasa tidak percaya bahwa ia dapat sukses pada suatu proses belajar atau ia tidak melihat hubungan antara aktivitasnya dengan kesuksesan atau ia tidak menganggap tujuan belajar yang dicapainya bernilai, maka kecil kemungkinan bahwa ia akan terlibat dan termotivasi dalam aktivitas belajar. Oleh karena itu, jika metode inquiry diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa memiliki batasan-batasan tertentu, misalnya siswa harus merasa dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang disyaratkan dalam metode pembelajaran Inquiry, yang oleh Garton disebut sebagai pertanyaan essential, antara lain harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut (Garton, 2005).
- dapat ditanyakan berulang-ulang
- menunjukkan kepada siswa hubungan antara beberapa konsep dalam sebuah subjek
- muncul dari usaha untuk belajar lebih jauh mengenai kehidupan, berupa pertanyaan umum dan membuka pertanyaan-pertanyaan lebih jauh
- menuntun pada konsep utama subjek tertentu, untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita mengetahuinya atau mengapa
- memberikan stimulus dan menumbuhkan minat untuk menyelidiki; melibatkan siswa dan menimbulkan curiosity
- melibatkan level berpikir yang lebih tinggi
- tidak dapat langsung dijawab
- tidak dapat dijawab hanya dengan satu kalimat
- “Apa yang menyebabkan sebuah zat disebut zat padat, zat cair, atau gas?”
- “Darimana datangnya ayam dan bagaimana cara kerja telur ayam sehingga bisa menjadi ayam?”
- “Mengapa bentuk bulan berubah-ubah?”
- menanyakan konsep-konsep apa saja yang terdapat dalam subjek pertanyaan essential
- membantu siswa menjawab pertanyaan essential secara lebih spesifik
- Apa saja contoh zat padat, zat cair, dan gas?
- Apakah ciri-ciri zat padat, zat cair, dan gas?
Dalam pandangan Theory of Socioemotional Development, yang paling mendorong atau memotivasi perilaku manusia dan pengembangan pribadi adalah interaksi sosial. Dalam pembelajaran dengan metode inquiry, ketika siswa merasa dilibatkan oleh guru (lingkungan) dalam proses menjawab pertanyaan-pertanyaan dan melakukan interaksi dengan sesama siswa melalui kerja kelompok, maka perilaku dan kepribadiannya berubah ke arah yang lebih baik, yaitu ikut aktif terlibat dalam kegiatan dan mau bekerjasama. Supaya keterlibatan dan kerjasamanya dapat diterima oleh lingkungan, maka ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin, misalnya dengan membaca banyak buku teks. Artinya, motivasi belajar siswa meningkat.
Dalam pandangan teori Maslow, manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri. Kesempatan siswa untuk terlibat dan bekerjasama dalam sebuah pembelajaran dengan metode inquiry dapat dikatakan sebagai kesempatan untuk memenuhi dua kebutuhan – penghargaan dan aktualisasi diri – tersebut. Dengan demikian, metode inquiry memberikan ruang bagi siswa untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga siswa pun akan memiliki motivasi yang tinggi, tentu saja motivasi dalam belajar.
Keterlibatan dan interaksi kerjasama dalam pembelajaran Sains dengan metode inquiry juga dapat ditinjau berdasarkan teori Social Cognition, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat terjadi antara lain melalui attention dan motivation. Attention, artinya siswa memperhatikan lingkungan melalui keterlibatannya. Motivation, artinya lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku. Contoh konsekuensi adalah dianggap tidak aktif terlibat dan tidak dapat bekerjasama. Untuk menghindari konsekuensi ini, siswa termotivasi untuk belajar sehingga konsekuensi yang diperoleh adalah konsekuensi yang positif.
Komponen keempat dalam metode inquiry adalah performance evaluation. Performance evaluation dapat ditinjau dari Expectation Theory yang menyatakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari expectation, reward, dan nilai. Dalam performance evaluation, siswa akan berusaha sebaik-baiknya dengan expectancy mendapatkan reward (misalnya nilai yang baik). Dengan demikian, sesuai teori ini motivasi siswa akan meningkat karena metode inquiri mengandung performance evaluation. Hal sebaliknya dapat dinyatakan bahwa motivasi siswa akan rendah dalam suatu pembelajaran yang tidak memasukkan unsur performance evaluation di dalamnya.
Mirip dengan Expectation Theory, Social Learning Theory juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah expectation dan nilai reinforcement. Dengan demikian, melalui performance evaluation ini motivasi siswa akan meningkat karena expectation siswa yang tinggi.
Berdasarkan teori Maslow, dalam performance evaluation siswa diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Artinya, adanya kesempatan ini menyebabkan motivasi siswa meningkat agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Komponen kelima dalam metode inquiry adalah Variety of Resources. Komponen ini dapat dikaitkan dengan teory Curiosity Berlyne yang menyimpulkan bahwa curiosity meningkatkan motivasi belajar siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru menimpulkan ketidakpastian atau konflik konseptual dalam diri siswa. Konflik konseptual ini akan menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri siswa. Untuk menjawab rasa ingin tahunya, siswa harus memiliki banyak pengetahuan, yang dapat diperoleh dari berbagai macam sumber belajar. Artinya, dalam metode inquiry sebenarnya guru menciptakan curiosity siswa, yang meningkatkan motivasi belajarnya, dan guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk memuaskan rasa ingin tahunya tersebut melalui berbagai macam sumber belajar. Tentu saja, peranan guru sangat penting dalam memilihkan sumber belajar yang tepat agar siswa tidak terlalu lama dalam keadaan “belum menemukan jawaban”, karena hal ini dapat menurunkan kembali motivasinya.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran kelima komponen dalam metode inquiry di atas ditinjau dari berbagai teori tentang motivasi dan curiosity terlihat bahwa metode inquiry memberikan kesempatan meningkatnya motivasi belajar siswa. Memberikan kesempatan dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian, masih terdapat batasan-batasan. Misalnya, jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa terlalu sulit (jarak psikologisnya jauh), tidak memberikan rangsangan dan curiosity yang tinggi, maka peningkatan motivasi belajar juga sulit diharapkan. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari metode inquiry terhadap motivasi belajar siswa.
V. Referensi
Atkinson, Rita., Atkinson, Richard, C., & Hilgard, Ernest, R., 1983. Introduction to Psychology, 8th Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.(Editor), 1996. Handbook of Educational Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan.
Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED325303)
Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.
Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.
Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company
Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy.
Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048)
Huitt, W. (1997). Socioemotional development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University
____. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.
____. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University
Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. “A Self Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…).
Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta.
Wortman, Camille., Loftus, Elizabeth. & Weaver, Charles., 2004. Psychology, 5th Ed. Boston, McGraw-Hill.
Yerkes, R.M. & Dodson, J.D. (1908) The Relation of Strength of Stimulus to Rapidity of Habit-Formation. Journal of Comparative Neurology and Psychology, 18.
sumber : http://iwanps.wordpress.com/2008/04/17/teori-motivasi/
Langganan:
Postingan (Atom)